Oleh: Encep Sopyan, MH

Ketua DKC Garda Bangsa Kabupaten Cianjur

Pemuda merupakan simbol kekuatan yang mempunyai semangat juang tinggi serta mempunyai  tanggung jawab dan idealisme yang tak mudah tergoyahkan,  karakter dan kekuatan pemuda tersebut tergambar jelas dalam Penggalan pidato sang proklamator Ir. Soekarno 30 Oktober 1962, beliau berkata “Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda saja niscaya akan ku guncangkan seluruh Dunia”. Pemuda yang dimaksud dalam perkataan presiden pertama tersebut tentunya para pemuda yang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk bekerja keras tidak mudah menyerah serta mempunyai rasa nasionalisme yang tiggi terhadap bangsanya.

Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pergerakan para pemudanya baik itu pra kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan. Tanggal 28 Oktober 1928 pemuda Indonesia melaksanakan kongres ke-II di Jakarta yang diinisiasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), kongres yang berlangsung selama tiga hari tersebut telah melahirkan     gagasan yang sangat penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada acara tersebut banyak perwakilan organisasi kepemudaan yang hadir diantaranya jong java, jong Batak, Jong Celebes, Jong Sumatra Bond, Jong Islamie ten Bond, Jong Ambon, Jong Betawi dan beberapa pengamat dari pemuda tiong hoa.

Para pemuda pada saat itu menyadari pentingnya melakukan perjuangan secara bersama-sama mengiklarkan diri membuat fondasi kebangsaan yang sangat kokoh tentang satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia yang diimplementasikan kedalam bentuk ikrar bersama yang disebut sumpah pemuda. Pada kesempatan itu juga untuk pertamakalinya di komandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh Wage Rudolf Soepratman.

Sumpah Pemuda merupakan bukti nyata gerakan intelektual para pemuda yang sangat masif pada saat itu, gerakan  pemuda tersebut didasari spirit yang dibangun atas landasan kesamaan nasib dan penderitaan serta kegelisahan yang timbul akibat penjajahan yang sudah begitu lama menyengsarakan Rakyat, satu-satunya jalan untuk mengusir penjajah pada saat itu adalah dengan bersatu bahu-membahu membentuk kekuatan intelektual dan kultur dari berbagai elemen bangsa terutama para pemuda yang masih mempunyai semangat juang tinggi untuk membebasakan bangsanya dari cengkraman penjajah.

Gerakan pemuda Indonesia dari masa kemasa begitu aktif dan progresif melakukan perjuangan melawan penjajah demi meraih kemerdeka. Proklamasi 17 Agustus 1945 yang ditetapkan sebagai hari kemerdekaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran para pemuda pada saat itu, bahkan setelah kemerdekaan dideklarasikan para pemuda Indonesia tetap aktif menjadi garda terdepan dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Rong-rongan pihak asing yang ingin kembali merebut kemerdekaan Indonesia.

Gerakan reformasi 1998 yang membawa perubahan besar terhadap sistem ketatanegaaraan dan sistem perpolitikan Indonesia dengan mengembalikan peran rakyat dalam tatanan demokrasi yang sesungguhnya  merupakan salah satu kontribusi dan peran serta pemuda dalam sejarah bangsa Indonesia.

Pemuda dalam Pandangan Agama Islam

Para pemuda Indonesia khususnya yang beragama Islam mempunyai motifasi lebih untuk berjuang melawan penjajah pada saat itu, selain didorong rasan Nasonalisme yang tinggi terhadap bangsanya hal tersebut juga diberikan legitimasi agama yang mewajibkan seluruh umatnya berjuang melawan penjajah seperti yang diserukan Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam Resolusi Jihadnya pada tanggal 22 Oktober 1945 yang banyak melibatkan anak muda dari kalangan santri.

Menurut ajaran Agama Islam usia muda bukanlah penghambat untuk mendapatkan kepercayaan dan tanggung jawab menjadi seorang pemimpin selama mereka mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang mumpuni serta mempunyai tanggung jawab terhadap kepemimpinannya, dalam sejarah perkembangan Islam, Rasulullah SAW pernah  beberapa kali mempercayakan urusan kepemimpinan terhadap anak muda, diantaranya kepada Attab bin usaid yang ditunjuk Rasulullah SAW sebagai gubernur pertama Mekah setelah penaklukannya, padahal pada saat itu usia Attab bin Usaid baru 21 tahun, namun Rasulullah SAW  tidak ragu menunjuk anak muda tersebut menjadi pemimpin memegang tanggung jawab yang sangat besar.  

Selain Attab bin Usaid yang diangkat sebagai Guberdur, Rasulullah SAW juga pernah mengangkat seorang anak muda menjadi komandan perang melawan pasukan Romawi ia adalah Usama bin Zaid yang baru berusia 18 tahun, padahal pada masa itu masih banyak sahabat nabi yang usianya jauh lebih tua dari Usama bin Zaid seperti Abubakar dan Umar. Ketika banyak sahabat yang meragukan dan menolak kepemimpinanya,  Rasulullah SAW yang pada saat itu sedang sakit keluar dari rumahnya dan mempertanyakan penolakan para sahabat terhadap Usama bin Zaid sambil memberikan alasan pengangkatannya dengan meyakinkan semua yang akan menjadi pasukan perang, bahwa keputusannya sudah benar memilih anak muda sebagai pemimpin perang.

Melihat kedua contoh diatas kita meyakini bahwa Rasulullah SAW  tak segan-segan menunjuk pemuda untuk memikul tanggung Jawab yang besar menjadi pemimpin, tentunya hal tersebut dapat dijadikan hikmah khusnya bagi yang beragama Islam bahwa kaum muda pun pantas mendapatkan kepercayaan dan tanggung jawab untuk menjadi pemimpin tanpa harus meragukannya.

Pepatah arab yang sangat terkenal dan sudah akrab ditelinga kita mengatakan “Subbanul Yaum Rijalul Ghad” pemuda hari ini adalah pemimpin dihari esok atau yang akan datang, pepatah tersebut memposisikan pemuda sebagai pengganti, bukan sebagai pemimpin, tidak menutup kemungkinan kalau pribahasa tersebut merupakan hegemoni dari kalangan tertentu unntuk membendung keinginan anak muda menjadi pemimpin, tentunya istilah tersebut harus kita rubah dengan “Subbanul Yaum Rijalul Yaum” bahwa pemuda hari ini harus menjadi pemimpin di hari ini, supaya para pemuda yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas bisa menjadi pemimpin di jamannya, selagi fisik masih kuat dan jiwa masih sehat.

Namun tidak bijak tentunya kalau masalah tua dan muda hanya diukur berdasarkan faktor demografis hitungan angka semata dengan menapikan faktor lain seperti semangat dan tanggung jawab, sebab banyak orang yang secara fisik sudah lemah tetapi dalam jiwanya masih mempunyai semangat tinggi untuk berjuang memperbaiki diri dan bangsanya, tentu orang tua seperti itu secara hakiki bisa dikatakan sebagai pemuda.

Semangat Sumpah Pemuda yang dulu dikobarkan para pemuda Indonesia untuk mewujudkan persatuan bangsa harus terus dijaga jangan sampai tercerai berai, mengutuf perkataan Khalifah Ali bin Abi Thalib “Al-Haqqu Bila Nidzom Fayaghilibuhul Bathil Binnidzom” yang artinya kebenaran yang tak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir. Oleh sebab itu mari kita rapatkan barisan untuk memperjuangkan kejayaan dan kebaikan Indonesia

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *